Gelombang Pasang Menyerang Kawasan Selatan Indonesia

Hari-hari terakhir pada pekan ini (18/5 – 22/5/2007), daerah pantai di kawasan selatan Indonesia diterjang gelombang besar yang berbarengan dengan saat pasang air laut. Kerugian yang ditanggung masyarakat (nelayan) sekitar daerah pantai tersebut tak kalah besar. Ratusan rumah rusak, banyak tempat usaha (warung dan industri ikan asin) hancur, tambak ikan jebol, dan nelayan tak berani melaut dalam beberapa hari ke belakang (baca di sini, di sini, dan di sini). Yang bisa dilakukan adalah mengungsi sementara di tempat penampungan dan famili terdekat tanpa punya kesempatan untuk menyelamatkan harta bendanya.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Maritim Tanjung Perak berpendapat, naiknya air laut di sejumlah daerah di Indonesia belakangan ini akibat terjadinya air pasang maksimum (MIOL, 18/5/07).

Sedangkan menurut Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Geofisika Bandung Hendri Subekti kepada Antara di Bandung, Jumat (18/5), mengatakan bahwa gelombang pasang yang terjadi pantai selatan dan utara Pulau Jawa merupakan fenomena alam biasa yang terjadi akibat akumulasi alun atau hembusan angin yang terjadi di lokasi lain (swell) yang biasa terjadi pada pergantian musim (MIOL, 18/5/07).

Bahkan dalam berita yang dilansir di MIOL (19/5/07), Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) juga memperingatkan warga di wilayah pesisir selatan Jawa, Bali, hingga Laut Banda waspadai vath (??). Ini merupakan hempasan air laut ke pesisir akibat akumulasi angin. (Untuk berita yang ini, saya bertanya-tanya dan berusaha mencari arti dari kata vath tersebut dalam istilah oseanografi. Namun sayangnya sampai sekarang saya belum menemukannya. Ada satu istilah yang dikenal dalam oseanografi, adalah “fetch” bukan “vath”, red).

Lain lagi menurut Pakar Meteorologi dari Unit Teknis Modifikasi Cuaca BPPT, Dr Edvin Aldrian di Jakarta, Sabtu. Beliau mengatakan bahwa, gelombang pasang yang mendera pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa hingga selatan Nusa Tenggara hingga setinggi 3-7 meter disebabkan posisi astronomi bumi, bulan, dan matahari saat ini berada dalam matriks sejajar sehingga menyebabkan daya tarik gelombang laut yang sangat kuat. Fenomena astronomi ini kebetulan bersamaan dengan terjadinya gelombang Kelvin yang biasanya terjadi secara periodik setiap 30-90 hari (MIOL, 19/5/07).

Dari beberapa dugaan dan analisis di atas, ternyata sejauh ini pihak Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) masih meneliti penyebab tingginya gelombang pasang yang terjadi di sejumlah kawasan pantai di Indonesia (MIOL, 19/5/07). Artinya, dugaan dan analisis di atas adalah didasarkan pada perhitungan dengan melihat fenomena alam yang terjadi bersandarkan pada teori-teori dan data-data sementara yang ada.

***

Membaca tulisan kangguru saat pulang kampung, membuat saya terpancing untuk sedikit membuat tulisan tentang gelombang pasang ini. Tulisan di bawah ini adalah paparan singkat tentang apa dan bagaimana gelombang pasang serta fenomena hidrodinamika laut. Semoga menambah wawasan kita dalam memahami fenomena alam.

  • Gelombang

Secara teori, pengertian gelombang laut (ideal) adalah pergerakan naik turunnya muka air laut yang membentuk lembah dan bukit mengikuti gerak sinusoidal. Gambar 1. menunjukkan gerak suatu gelombang yang berada pada sistem koordinat x-y, dan menjalar searah sumbu x.

wavedescription.jpg

onewave.gif gullloop_wave-animate.gif

Gambar 1. Gambaran gelombang dan animasinya.

  • Pasang Surut

Pengertian gelombang yang dijelaskan di atas merupakan gelombang periode singkat (wave of short period), yang biasanya dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Selain tipe gelombang diatas, terdapat juga gelombang periode panjang (wave of long period) yang mempunyai periode lebih lama dari gelombang yang disebabkan oleh angin. Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan membentuk variasi muka air laut dengan periode yang panjang. Yang termasuk dalam kategori gelombang periode panjang, antara lain: gelombang pasang surut (astronomical tide/tidal wave), gelombang tsunami, dan gelombang badai (storm wave).

Gelombang pasang surut (pasut) adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan planet-planet lain terutama dengan bulan dan matahari. Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam. Gelombang pasut juga mudah diprediksi dan diukur, baik besar dan waktu terjadinya. Sedangkan gelombang tsunami dan gelombang badai tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.

Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) dan pasang perbani (pasang kecil, neap tide).

Pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan mati dan bulan purnama) posisi bulan-bumi-matahari berada pada satu garis lurus (Gambar 2), sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang purnama dimana tinggi pasang sangat besar dibanding pada hari-hari yang lain.

tides_springtide.jpg

Gambar 2. Pasang purnama (saat bulan purnama).

Sedangkan pada sekitar tanggal 7 dan 21, dimana bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi (Gambar 3) maka gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini terjadi pasang perbani, dimana tinggi pasang yang terjadi lebih kecil dibanding dengan hari-hari yang lain.

tides_neaptide.jpg

Gambar 3. Pasang perbani.

whytides.gif

Gambar 4. Animasi pasang surut.

  • Pengaruh Badai

Angin dengan kecepatan besar (badai, storm) yang terjadi di atas permukaan laut bisa membangkitkan fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai. Apalagi jika badai tersebut cukup kuat dan daerah pantai dangkal dan luas.

Banyaknya variabel dan kompleksitas yang menyertai badai ini, menyebabkan perkiraan dan penentuan elevasi muka air selama terjadinya badai sulit diprediksi. Variabel-variabel tersebut melibatkan antara lain interaksi antara angin dan air, perbedaan tekanan atmosfir, dan lain-lain.

Besarnya perubahan elevasi muka air tergantung pada kecepatan angin, fetch, kedalaman air, dan kemiringan dasar. Fetch adalah panjang daerah di atas mana angin berhembus dengan kecepatan dan arah konstan. Panjang fetch membatasi waktu yang diperlukan gelombang untuk terbentuk karena pengaruh angin (mempengaruhi waktu untuk mentransfer energi angin ke gelombang). Fetch ini berpengaruh pada periode dan tinggi gelombang yang dibangkitkan (Gambar 5). Gelombang dengan periode panjang akan terjadi jika fetch besar/panjang.

fetch.gif

Gambar 5. Fetch dan pembangkitan gelombang oleh angin/badai.

Gelombang angin di lokasi pembangkitannya masih relatip curam. Gelombang di lokasi pembangkitan disebut sea. Selain bentuknya yang curam, gelombang sea belum berpuncak panjang. Setelah menjalar gelombang menjadi lebih landai dan berpuncak panjang. Gelombang ini disebut swell.

Gambar 6. Gelombang “sea” dan “swell”.

Tabel 1. Perbandingan antara swell dan tinggi gelombang.

COMPARING SWELL AND WAVE HEIGHT

swell height in metres wave height wave height
1 foot ¼m Thigh high 2-3′
2 foot ½m Waist high 3-4′
3 foot 1m Waist to head high 5-6′
4 foot 1¼m Up to 1½ times overhead 6-8′
5 foot 1½m 1½ times overhead or more 8-10′
6 foot 2m Twice overhead or more 10-12′
8 foot 2½m 2½ times overhead or more 12-15′
10 foot 3m About 3 times overhead 15-18′
12 foot 3-4m 3-4 times overhead 18-24′
16 foot 4-5m 4-5 times overhead 24-32′
20 foot 5-6m 5-6 times overhead 32-40′
24 foot 6-7m 6-7 times overhead 40-48′
32 foot 8-9m 8-9 times overhead 50-60′

 

***

Dari berita, dugaan & analisis, serta uraian teori di atas, disimpulkan bahwa tidak ada yang salah dan tidak ada yang membingungkan dalam analisis tersebut meskipun sepintas pendapat para ahli tersebut tampak tidak seragam. Semua kemungkinan analisis di atas bisa saja terjadi, tetapi alangkah lebih baiknya apabila dalam waktu dekat pihak BMG bisa merilis penyebab fenomena alam ini dengan lebih detil, teliti dan tepat berdasarkan pada data yang akurat.

***

Tulisan sejenis dapat dibaca di:

http://rovicky.wordpress.com/

http://t-djamaluddin.spaces.live.com/blog/

oooOOOooo

Rujukan & sumber bacaan:

  1. Teknik Pantai (1999), Prof. Dr. Ir. Bambang Triatmodjo, CES, DEA.
  2. Teknik Pantai, Vol. 1 (1991), Prof. Dr. Ir. Nur Yuwono, Dipl. HE.
  3. Teknik Pantai, (2000) Dr. Ir. Radianta Triatmadja.
  4. http://www4.ncsu.edu/eos/users/c/ceknowle/public/chapter10/part1.html
  5. http://www.coastal.udel.edu/faculty/rad/linearplot.html
  6. http://www.srh.weather.gov/srh/jetstream/ocean/tides.htm
  7. http://www.calvin.edu/~lmolnar/anim/onewave.gif
  8. http://www.srh.weather.gov/srh/jetstream/ocean/wave_max.htm
  9. http://www.wavescape.co.za/top_bar/weather/oceanography2.html

 

19 Tanggapan

  1. Kalo besok saya ke pantai, gelombangnya pasang gak ya…
    seronok kali ya malam mingguan dipantai…

  2. Apapun yang terjadi badai pasti berlalu. BTW postingannya banyak ilmunya.

  3. Artikel yang bagus Pak…nice
    BTW kasihan ya…lagi2 rakyat mendapat cobaan…
    Para nelayan terpaksa cuti melaut

  4. susahnya melaut, ikan2 melonjak kagak ya harganya ?

  5. @Rbaryans: Tenang saja pak, masuk dalam kategori ‘neap tide’. Tapi meski pasang perbani tetap harus berhati-hati, yang berbahaya bila dibarengi gejala alam lain, misalnya badai ataupun angin muson yang bertiup kencang dan berpotensi membangkitkan gelombang swell yang tinggi.
    Wah…pak, itu “seronok” kata Malaysia apa Indonesia?? lain artinya lho pak, kalo dipakai di Indonesia.. 😆
    @Anas: Ya…, semoga kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian.
    @Deking: Terima kasih, pak. Semoga bisa membawa manfaat bagi yang lain.
    @Telmark: Susah dan senang pada setiap bidang pekerjaan merupakan ujian dari-Nya… Kalaupun harga ikan naik, itupun tak seberapa kan pak?? asal keuntungannya balik ke nelayan…. kalau balik ke tengkulak.., wah kasihan dong nelayannya.

  6. waaah..dapat ilmu baru nihh,
    artikelnya boleh takcopy ya pak?

  7. Monggo-monggo…, dipersilakan.

  8. Iya ya, kapan bencana di negeri kita berakhir? Sepertinya, belum selesai benacana yang satu, bencana lain datang.

    Btw,artikelnya bermanfaat. Nambah knowledge saya yang awam begini…

  9. Senang saya membaca tulisan ini, karena mengingatkan saya pada tulisan saya yang ini. Mungkin bisa menjadi bahan perbaningan, walau berlatar kontek yang berbeda.

  10. @Mathematicse: Bencana…, dan bencana…. Siapa tahu, itu adalah skenario sengsara yang akhirnya membawa nikmat.

    @Mr Tajib: Terima kasih…, saya juga senang baca tulisan anda tsb, melihat dari sisi yang berbeda. BTW, mao tanya edisi hardcovernya dah beredar belum??

  11. baru gelombang pasang, belum tsunami yg diakibatkan gempa besar 8 sr di selatan p.jawa, mungkin tahun ini juga 2007 ? sesar grindulu pacitan jawatimur atau sesar cimandiri pelabuhan ratu jabar … kita tunggu !

  12. Tulisan yang sangat menarik,
    saya ingin menapilkan animasi anda yang bebek dan animasi pasang surut knp pas saya save tidak bisa

  13. @lutfi: Silakan kalau gambarnya mau diunduh & disimpan, tak ada yang diproteksi kok…. sesuai dengan slogan blog ini, “Berbagi lewat tulisan”. 😀

    Caranya: Arahkan pointer di gambar animasi yang dimaksud, kemudian klik kanan, dan save. Beres….

  14. maksih infonya, jadi kebantu deh ngerjain tugas kuliah qu. oh ya kalo bs cari in info soal pengembangan energi terbarukan dari laut/blue energy (khusus_nya energi tidal) di Indonesia. kalo bs juga disertai hasil simulasi numerik dari besar_nya energi tidal(perhitungan potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikonversi menjadi energi listrik dari energi tidal tsb; study kasusnya kalo bs) dan jug pemetaan potensi energi tidal di perairan Indonesia…,he2..,minta tolongnya kebanyakan yah,

    Yacks…. klenger deh, saya… 😛 😀

  15. nice gan!

  16. woi… kaskus di bawa2 kemari :hammer:

  17. tulisan ini dapat menambah informasi saya !
    namun bagaimana gelombang laut dapat terjadi dan mengapa gelombang laut yang melinkar atau menggulung dikatakan transversal ?
    jawab y ……………………………………………….

  18. waahh,,
    membantu sekali ilmunya pak,,,

    mantabs!!!!!!!!!!!!!!!

Tinggalkan komentar